Jumat, 12 September 2008

Visit Pagaralam 2008 Lebih Pantas Dijadikan Ikon Sumatera Selatan

(Sebuah Tinjaun Kritis Visit Musi 2008)

Baligho,poster “Selamat datang di Bumi Sriwijaya”.” Visit Musi 2008” dengan latar gambar Indah nan rupawan jembatan musi menjadi sangat populer beberapa bulan terakhir ini, mulai dari bandara Soekarno, hingga metro tv tak luput dari publikasi promosi pariwisata sumsel. Demi Visit Musi 2008 pemerintah provinsi Sumsel telah mengalokasikan 18 M untuk kampaye dan iklan. Mungkin nilai ini tidak terlalu besar jika dibandingkan biaya pengerukan sungai musi yang kabar-kabarnya mencapai angka 17 miliar. Namun tetap saja kebijakan pemerintah ini harus dikritisi, karena peruntukan uang sebanyak itu seakan-akan terkesan sebagai proyek’ mercu suar’ 2008-2009( baca pemilu GUB dan walikota Palembang) yang sangat terlihat dari publikasi yang lebih menonjolkan figur daripada objek yang ada. Pendapat mercu suar ini menjadi sangat beralasan jika melihat persiapan ‘infrastuktur pariwisata’ yang masih sangat minim, persiapan infrastuktur masih berkutat pada pembuatan atau perbaikan objek wisata fisik tanpa melakukan pembangunan infrastuktur manusia untuk mendukung program ini. Warga Palembang belum dipersiapkan untuk menyambut tamu, Kasus-kasus kriminal masih sangat mudah untuk ditemui di halaman-halaman surat kabar lokal yang sekali lagi membuat frame bahwa Palembang kota yang keras dan penuh kejahatan sehingga menyisakan suatu pertanyaan kembali benarkah Palembang telah layak di kunjungi oleh pelancong….???.

Kondisi ini pada dasarnya tidak bisa sepenuhnya dapat dipersalahkan , karena menurut sejarah warga palembang memang dibentuk sebagai bangsa pedagang. Selain pembangunan manusia , tranportasi palembang pun masih diragukan akan kenyamanannya, angkutan umum yang rawan kejahatan dan berkecepatan kencang harus menjadi perhatian pemerintah jika tidak ingin para pelancong yang telah berada di Palembang memutuskan untuk tidak kembali lagi untuk selamanya. Publikasi yang tidak berkarakter menambah suram program unggulan 2008 ini, ketika melihat poster atau baligho visit musi 2008 kemungkinan besar akan menyisakan pertanyaan, objek pariwisatanya dimana?? Lihat jembatan aja?? Atau apa??. Sisi lain dari palembang belum disentuh secara komprehensif , kekhasan songket, tari gending sriwijaya, pempek, tekwan masih belum terlihat dari publikasi yang ditawarkan. Hal-hal diatas yang terkadang menjadi kecurigaan warga benarkah program ini untuk kesejahteraan rakyat???

Melihat kelemahan-kelemahanan ini muncul sebuah pemikiran untuk memindahkan ‘pusat peradaban pariwisata’ kembali ke Pagaralam melihat potensi yang dimiliki oleh Pagaralam. Pertama secara psikologis masyarakat pagaralam seharusnya lebih siap untuk menerima tamu karena sejak lama ikon Gunung Dempo sebagai objek pariwisata Sum-Sel telah melekat dibenak masyarakat Pagaralam. Kedua kesejukan dan keindahan panorama harusnya lebih menjual daripada indahnya Jembatan Ampera, dan .makanan asli Palembang yang belum didukung Infrastuktur yang memadai. Suasana yang sejuk dan rindang menjadi daya tarik untuk menarik pengunjung untuk beristirahat dari kepenatan suasana kota.3. berbagai situs bersejarah masih bisa ditemukan di Pagaralam mulai rumah batu,candi gaib yang menarik minat turis asing. Pembangunan infrastruktur fisik pariwisata pun telah mulai dibangun sejak tahun 2002an

Meskipun demikian banyak hal yang harus dilakukan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki Pagaralam. Salah satu yang paling utama adalah masalah transportasi mulai dari trasnportasi menuju pagaralam maupun transportasi di pagaralam untuk akses ke pusat wisata. Menurut penulis pintu gerbang menuju pagaralam harus dipindahkan dari Palembang menuju lubuk linggau. Lubuk linggau memiliki jarak yang lebih dekat dengan Pagaralam dibandingkan Palembang-Pagaralam. Peran Lubuk Linggau menjadi sangat signifikan karena jika sistem transportasi Lubuk Linggau(terutama udara) masih dalam kategori buruk maka kemungkinan aksesibiltas menuju pagaralam akan menjadi buruk pula. Melihat peran lubuk linggau bagi pengembangan pariwisata sumsel, pemerintah provinsi seharusnya mau dan mampu memprioritaskan pembangunan infrastuktur fisik transportasi terutama transportasi udara di lubuk linggau demi kesejahteraan bersama. Terkait sistem transportasi di dalam Pagaralam, pada dasarnya pemerintah cukup mengatur saja angkutan dalam kota agar mampu dalam setiap waktu mengakses ke semua aset pariwisata.

Palembang secara secara sejarah memang memiliki nama besar di Indonesia namun sebagai kota pariwisata kemampuan palembang tetap harus dipertanyakan, pemerintah provinsi seharusnya mampu mengatur pemerataan distribusi kesejahteraan dengan mengoptimalkan berbagai potensi daerah sekitar termasuk potensi pariwisata Pagaralam.( Febri Zukhruf,6 april 2008)

Tidak ada komentar: