Jumat, 12 September 2008

Menggagas Kaderisasi Berkeimanan

23/12/2006

Kaderisasi merupakan awal terciptanya ruh(pengerak) bagi sebuah gerakan. Berbagai macam kaderisasi coba didesain oleh manusia dari kaderisasi yang memiliki tujuan menciptakan kader yang akan berguna bagi bangsa dan negara hingga satuan terkecil yaitu kader untuk melanjutkan pergerakan yang diusung suatu organisasi. Namun dari semua kaderisasi yang ada penulis beranggapan bahwa kaderisasi yang tidak didasarkan pada suatu tujuan yang sangat besar yaitu mencapai taraf keimanan dan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla adalah suatu kaderisasi yang akan bersifat sementara, parsial atau pada kadar yang lebih buruk lagi adalah sebuah pengkaderan yang bersifat utopia(khayalan). Pendapat ini muncul dari sejarah yang pernah ada maupun dari analisis pribadi penulis. Pada tulisan ini akan coba kita paparkan beberapa analisis yang mendukung statement awal tadi.

Pertama kita akan analisis kaderisasi yang menjadi andalan banyak organisasi yang ada didunia yaitu menciptakan manusia yang mampu berbakti dan membela bangsa dan negaranya. Kaderisasi tipe ini merupakan salah satu bentuk kaderisasi yang batasannya tidak jelas, parsial dan sementara. Sekarang kita lihat,terjadinya perang yang ada didunia baik dahulu maupun yang sekarang ini terjadi adalah sebagian besar terjadi karena adanya arogansi dari suatu bangsa untuk menjadikan bangsanya super,hebat tanpa memikirkan keadaan bangsa lain. Pelaku-pelaku dari perang ini muncul dari kaderisasi yang berorientasi pada membela bangsa(secara sempit). Masih terjadi sampai sekarang fenomena kejahatan yang luar biasa yang dilakukan oleh bangsa israel pada palestina dengan dalih demi membela negara mereka dengan seenaknya men’syahid’kan ribuan nyawa manusia. Tidak ada batasan yang jelas dari definisi membela dan berbakti pada negara. Pada batas mana definisi membela negara. Apakah membela dan berbakti kepada negara merupakan pembenaran untuk melakukan kejahatan sosial asal bangsa kita maju atau seperti apa?

Tidak ada jawaban yang memuaskan. Muncul ide dari Bung Karno dan Bung Hatta yaitu kejayaan bangsa dengan tetap menghormati bangsa lain(walaupun langsung dikhianati dengan tindakan beliau melalukukan agresi ke Malaysia walaupun dengan dalih menghentikan pergerakan kaum ‘barat’). Ide ini sepertinya merupakan suatu ide yang ideal namun yang menjadi pertanyaan apakah ide ini bisa menjadi kenyataan? Apakah pernah ide ini tergambar dengan jelas di sejarah dunia? suatu bangsa menginginkan kejayaan tanpa yang lain tertindas dengan pondasi membela dan berbakti pada negara??? Penulis berkeyakinan hal ini adalah sebuah khayalan karena ketika mengambil definisi membela bangsa hawa nafsu manusia kemungkinan besar akan berbicara lebih banyak ketimbang hati nurani. Pendapat ini semakin dikuatkan oleh munculnya raja zalim yang berkuasa dengan semena-mena. Selain memiliki batasan yang tidak jelas kadersasi ini akan bersifat sementara yaitu jika misal bangsa sudah jaya bangsa lain juga sudah jaya (dengan mengunakan pendapat Bung Hatta dan Bung Karno walupun tidak mungkin) kita harus ‘ngapain’ lagi? idealisme kita mau di’kemanain’? pertanyaan sulit yang insya Allah penulis pada beberapa paragrap lagi akan berusaha menjawabnya.

Selain itu muncul ide menciptakan kaderisasi dengan tujuannya menciptakan manusia yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Kaderisasi tipe ini cukup baik walaupun tetap meyisakan pertanyaan mungkinkah ini terjadi dan pernahkah hal ini benar-benar terjadi? Mari kita berpikir lagi, jika memang kaderisasi ini benar-benar mampu menciptakan output yang benar-benar peduli unsur apakah yang bisa menjaga agar kepedulian sosial ini tetap terjaga sampai akhir masa atau bagaimana manusia-manusia ini jika dihadapkan pada suatu keadaan dimana kemakmuran telah benar-benar tercapai sampai-sampai tidak ada yang mau menerima zakat seperti yang pernah terjadi pada zaman khalifah Umar bin Abdul azis. Mau dikemanakan mereka? mau apa lagi mereka?. Kita coba ulang pertanyaan pertama unsur apakah yang mampu menjaga misal ketika disuatu ruangan ada seorang kontraktor yang menawari uang jalan/terima kasih karena ia menang dalam tender(hal ini termasuk grafitikasi) jika kita ambil masyarakat tidak akan rugi dan kita tidak akan apa-apa karena yang penting masyarakat tidak dirugikan. Apakah yang harus ia ingat kepedulian sosial kah? Atau apa?

Akhirnya dari berbagai analisis tadi kita sampai pada kesimpulan bahwa beberapa kaderisasi yang diciptakan manusia itu memiliki celah yang besar. Sehingga muncul ide untuk mengembalikan sistem kaderisasi yang ada didunia ini pada sistem kaderisasi yang dirancang oleh pencipta manusia yang direpresentasikan oleh hambanya yang ummi Rasulullah SAW. Dan penulis pribadi menyebutnya sebagai kaderisasi berkeimanan yang bertujuan menciptakan manusia yang berkeimanan dan berketakwaan pada Allah SWT. Pada bagian awal penulis akan menjawab berbagai pertanyaan yang diawal serta memperlihatkan keunggulan sistem kaderisasi ini dengan berbagai penerapan atau contoh yang pernah tercatat dalam lembaran sejarah dunia.

Kaderisasi ini memilki keunggulan yang dari sistem kaderisasi buatan manusia. Ketika sistem lain bertanya apa dasar dan batasan dalam penerapan sistem yang dirancang, mereka akan binggung karena hawa nafsu mereka akan menjawab berlainan dan takkan pernah puas. Kaderisasi berkeimanan memiliki landasan yang begitu jelas dan tegas yaitu berdasarkan Al-quran,hadist dan ijtihad ulama. Ketika mendefinisikan sesuatu harus dilihat sesuai tidak dengan sumber hukum tadi jika bertentangan tidak ada kata lain yaitu ‘tolak’. Salah satu alasan yang menyebabkan penulis merekomendasikan sistem ini adalah kaderisasi ini telah mencetak sejarah lahirnya suatu peradaban yang luar biasa yang mampu menjadikan suatu kota yang tandus menjadi pusat peradaban dunia bahkan sebagai jembatan lahirnya peradaban eropa. Kaderisasi ini pula telah berhasil menciptakan ‘singa padang pasir’ yang adil dalam memimpin wilayah kekuasaan yang luas yang ia taklukkan bukan dengan kekerasan. Kaderisasi ini bersifat integral tidak parsial seperti yang terjadi pada sistem kaderisasi yang lain. Ia menciptakan manusia yang kokoh visinya,baik ibadahnya,santun akhlaknya,luas pandangannya,tegas dalam mengambil keputusan,itsar (mementingkan saudaranya).

Tidak ada komentar: