Selasa, 21 Oktober 2008

Membangun Nilai Kepahlawanan Diri
Beberapa saat penulis sempat tertegun ketika melihat berita di sebuah media, penulis tertegun karena penulis mengenal siapa yang ada didalam berita tersebut. Penulis sadar orang yang tertangkap tangan oleh KPK adalah seorang alumni ITB yang pernah bersua beberapa kali dengan penulis. Beliau sempat penulis kagumi karena pernah menggoyang perusahaan telekomunikasi singapura terkait masalah monopoli. Terjadi sebuah kegalauan yang luar biasa di hati penulis, apa yang terjadi dengan negeri ini?. siapa lagi yang bisa di percaya?. Namun penulis tiba-tiba tersadar pada sebuah kalimat, manusia tetaplah seorang manusia pasti mempunyai celah dan salah. Kalimat ini sempat menghancurkan lamunan penulis, meski akhirnya melahirkan pertanyaan baru, siapa yang akan merubah ini semua? Kemana para pahlawan negeri ini?
Semua berlalu dengan tetap menyisakan pertanyaan tentang kemunculan para pahlawan. Namun sekali lagi penulis tersadar akan sebuah hal, jangan hanya menanti hadirnya pahlawan tapi hadirkanlah diri menjadi seorang pahlawan negeri ini.Karena begitu banyak masalah negeri ini yang harus diselesaikan oleh banyak pahlwan tidak cukup satu atau dua superhero saja. Mengutip dari tulisan ustad. Anis Matta,”Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang diturunkan dari langit untuk menyelesaikan persoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali kelangit. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam sunyi yang panjang sampai waktu mereka habis”.
Belajar dari Buku Mencari Pahlawan Indonesia, penulis menarik sebuah kesimpulan tentang nilai-nilai dasar yang harus dibangun oleh calon-calon pahlawan bangsa ini. Keberanian menjadi sebuah harga mati bagi para Pahlawan, keberanian untuk menembus batas-batas kebiasaan untuk menciptakan sebuah keluarbiasaan. Selain keberanian, kesabaran dan pengorbanan menjadi karakter utama membangun nilai kephalwan diri, setalah berani menembus batas-batas kebiasaan para pahlawan harus memiliki sifat sabar dan terus berkorban untuk mengentaskan tugas-tugas besarnya. Ia harus mampu beerja disaat semua orang tidak bekerja, ia harus memulai pekerjaan sebelum orang lain bekerja serta ia harus bertahan lebih lama dari manusia lainya.
Terakhir penulis menyampaikan sebuah harapan besar dari anak negeri ini akan hadirnya para pahlawan-pahlawan sejati yang bersama-sama mengentaskan masalah negeri ini. NEgeri ini telah lelah dengan masalah, negeri ini membutuhkan palwan sejati yang bekerja hanya untuk Allah dan bangsanya. Selamat berjuang, harapan itu masih ada..(Febri Zukhruf)

Terima Kasih Pak Djun

Seorang dosen non muslim rupanya bisa memberikan sebuah perjalanan spiritual yang snagat berharga bagi seorang febri zukhruf. Berawal di hari sabtu, diakhir kuliah pak djun membrikan installer software dan berkata,” coba ini nanti malam ya !”. Hati rasanya senang karena akhirnya minggu ini berakhir juga yang berarti perjalanan menuju Rumahku semakin dekat. Tanpa pikir panjang aku Copy Instaler itu dan bergegas pulang ke istana sementara ku(kost-an). Hari berganti,detik berganti detik, siang berganti malam semua berlalu hingga tak terasa aku sudah 1 minggu berada di Rumah yang selalu kerindukan. Setelah jenuh dengan kemalasan-kemalsan di waktu liburan tiba-tiba aku teringat akan tugas belajar software yang diberikan pak djun. Akhirnya aku coba install dan berhasil, setelah itu aku mencoba untuk ingin menjalankan meski akhirnya urung termakan kemalasan dan ketenangan rumah ortuku. Hari berganti lagi bandung datang lagi, teman-teman hadir lagi, aktivitas mulai lagi, ya akhirnya aku kembali ke bandung. Disuatu sore aku dikejutkan denga n sebuah pernyataan dari seorang teman,’kruf lo udah ngerjain tugas besar pak djun belom?” tugas apa? Jawab ku. Oh rupanya satu hari kuliah pak djun yang kutinggal pulang menyisakan sebuah tugas besar. Setelah ku baca rupanya tugas itu berhubungan dnegn software yang pak djun kasih. Karena sesuatu dan lain hal(termasuk kemalasan untuk sering menunda) aku lupakan tugas itu, hingga suatu saat ketika kejutan besar muncul, selasa ini ada kuliah tambahan pak djun, tugas besar kumpul!. Sejenak aku panik, meski tetap tenag karena yakin tugas itu bisa aku kerjakan. Sesampai dirumah aku kerjakan tugas itu, software itu ku buka dan rupanya tidak bisa digunakan, kucoba lagi dan lagi namun tetap saja tidak bisa di gunakan. Aku terus berusaha dengan banyak cara, dari remove lalu install, repair dan lain-lain. Hingga di hari selasa pagi aku tetap tidak bisa membuka software. Aku mulai cemas hingga hampir-hampir aku aku ingin menginstall ulang windows ku meski gagal karena CD nya hilang. Aku terus berusaha, hingga di selasa siang aku merasa sudah maksimal dengan computer ku, dan akhirnya aku putuskan untuk hijrah ke tempat temanku, kasus yang sama rupanya terjadi ia juga tidak bisa digunakan. Sudah habislah kita…dengan perasaan agak takut aku masuk ruang kelas di sore itu. Perasaanku agak tenang ketika tugas tidak ditanyakan. Mudah-mudahan bapak lupa doaku. Namun ditengah kuliah ia bertanya, siapa yang tidak bisa mengisntall dan membuka software yang ia beri? Aku dengan malu-malu mengacungkan tangan dan dengan sebuah keheranan dari mahasiswa yang hanya berjumlah belasan hingga 20-an ada 8 mhasiswa yang tidak bisa menginstal program itu, raut muka wajah pak djun mendadak berubah, seperti ada sebuah kekecewaan. Lalu ia berkata, “3orang yang mampu menginstall software yang saya berikan mungkin adlah 3 orang yang sangat interest pada kuliah ini”, kenapa ? karena ia berkata” saya yang membuat installer itu agar hanya bisa di install ketika malam sabtu diwaktu saya memeberikan kepada kalian”. Kata-kata itu tiba-tiba mengujamku, aku tersadar akan sebuah kalimat “ setiap detik begitu berharga”,hanya telat menginstall seorang DOKTOR Djun pun telah membuatku merasa di hukum dan berada dalam kesulitan, karena tidak memperdulikan perintah dan sering menunda.

Aku tiba-tiba tersadar akan kekuasaan Allah pencipta Doktor Djunaidi, apalagi Allah ya, pasti Allah bisa membuat aku terhina dunia dan akhirat karena aku tidak mengindahkan perintahnya dan sering menunda perintahnya. Aku tiba-tiba teringat akan perbuatan sia-sia yang sering aku lakukan, tiba-tiba merasa takut kalau-kalu dengan cara yang serupa Allah menghukum ku.

Ya Allah Ampunilah dosa hambamu ini

Jauhkan lah hamba dari kesia-sia-an

(www.perhiasaanperadaban.blogspot.com)